Rabu, 21 September 2016

MAKALAH "IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM"

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirraahim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul “IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM”. Makalah ini disusun guna memenuhi nilai tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini, khususnya kami sampaikan kepada:
1.      Bapak Firman,S.Ag.,M.SI., yang sudah memberikan tugas dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
2.      Teman-teman anggota kelompok 3 yang telah bekerja keras, mencurahkan segala tenaga dan pikirannya serta dengan semangat yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM” dengan baik.
Penulis menyadari dan meyakini bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, oleh karena itu pastilah banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini baik dari segi teknik penulisan maupun materi.  Oleh karena itu, penulis memohon maaf dengan hal yang kurang berkenan dalam pembuatan maupun subsansi makalah ini, dan penulis juga mengharap dan menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Balikpapan,7 Oktober 2015

Team Penulis.
 


DAFTAR ISI



BAB I    PENDAHULUAN.. 3
BAB II     PEMBAHASAN.. 5
BAB III    PENUTUP. 33








BAB I

PENDAHULUAN


1.1.            Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau sering kita sebut dengan IPTEK adalah sesuatu yang selalu berkembangdantidak akan pernah berhenti berkembang. Sejak zaman peradaban awal, hingga kini, manusia tidak terlepas dari berkembangnya IPTEK tersebut.Inovasi-inovasi baru dari IPTEK kian hari pun kian berwarna-warni.  Bahkan, berkembangnya kebudayaan manusia pun turut dipengaruhi oleh berkembangnya inovasi-inovasi IPTEK tersebut. Hampir semua aspek kehidupan masyarakat sekarang ini dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK, Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan teknologi di kehidupannya,seperti : Televisi, Smartphone yang canggih, dan masih banyak lagi teknologi-teknologi lainnya.
Ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.Sedangkan teknologi menurut Wikipedia adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat untuk mempermudah pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari, Sebagai manusia yang beragama kita tentunya mempunyai aturan-aturan dalam menggunakan teknologi sesuai syariat agama islam, Jangan sampai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di gunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh agama, karena didalam agama Islam sangat memperhatikan segala aspek kehidupan, salah satunya,ketika IPTEK disalah gunakan maka itu termasuk perbuatan yang dilarang oleh ajaran Islam.

1.2.            Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang dapat diketahui bahwa kemajuan Ilmu pengetahuan dan Teknologi sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, Oleh karena itu , penulis mengkaji makalah ini dengan memberikan penjelasan tentang bagaimana Islam mengkaji dan memberikan pandangan dalam IPTEK.

1.3.            Batasan Masalah

Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pembahasan dalam bagaimana pandangan Islam dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berdasar pada dalil-dalil yang mengaturnya, dan sejauh mana perkembangan dan fungsi dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknoogi yang dilihat dari segi kehidupan Islam.  Dengan tujuan agar tidak terjadi pembahasan yang melebar dan berkepanjangan.

1.4.            Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1.      Melihat dan menganalisa bagaimana pandangan Islam mengenai perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam kehidupan di masyarakat sekarang ini.
2.      Mengetahui Bagaimana Islam mengatur dan membatasi penggunaan IPTEK dalam kehidupan di masyarakat.
3.      Mengetahui Bagaimana tanggung jawab kita sebagai seorang Muslim didalam mengembangkan IPTEK.



BAB II

PEMBAHASAN


2.1. Pentingnya IPTEKS Dalam Kehidupan

            Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh pribadinya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan  di dalam al-Quran sendiri Allah menyatakan, bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar-benar takut kepada Allah. Hal ini dinyatakan salam QS. 35 (Fathir) : 28 :
Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.

            Allah akan mengangkat derajat dan martabat orang-orang yang beriman dan berilmu, seperti difirmankan dalam QS. 58 (al-Mujadilah) : 11 :
 





Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

            Dialog antara Allah dengan malaikat ketika Allah mau menciptakan manusia, dan malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia daripada malaikat dengan  kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam praktiknya mampu mengangkat harkat dan martabat manusia, karena melalui ilmu pengetahuan, teknologi dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan Allah. Karena itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.
            Kehidupan agama islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak peradaban yang diwariskan Romawi-Yunani yang pernah berjaya selam satu milenium sebelumnya. Walaupun pada awalnya karakteristik ini tidak mudah bekerja, karena pengetahuan peradaban Hellenisme yang begitu kuat, namun dalam waktu yang tidak begitu panjang akhirnya kaum muslimin dapat memainkan sendiri peran peradabannya yang unik selama beberapa abad. Ilmu dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah SWT sebagaimana seni Islam murni yang melahirkan bentuk plastis yang dapat membuat orang merenungkan keesaan Ilahi, begitu pula semua ilmu yang pantas disebut bersifat Islami menunjukan kesatupaduan dan saling berhubungan dari segala yang ada. Dengan merenungkan kesarupaduan alam orang dapat menuju ke arah Keagungan dan Keesaan ilahi.
            Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjalankan dan menyebarkan risalah-nya, sumber-sumber bagi dunia ilmu pengetahuan hanyalah pengembaraan aal yang dikuasai oleh naluri dan berbagai nafsu manusia. Dengan berbekal hal ini manusia mengembangkan pemikiran induktifnya dan kemudian melahirkan karya-karya yang dianggap besar pada zamannya. Namun demikian pengaruh-pengaruh pemikiran dan mitos masih saja bekerja dan tak melampaui batas-batas yang telah digariskan.
            Turunnya wahyu Allah SWT kedada nabi Muhammad SAW membawa semangat baru bagi dunia ilmu pengetahuan. Ditinjau dari peranan kewahyuan dalam kehidupan manusia, sebenarnya apa yang terjadi pada diri beliau bukanlah suatu hal yang baru. Para Nabi Allah yang sebelumnya pernah diutus ke berbagai generasi manusia dalam suatu kurun waktu  yang sangat panjang, namun keunikan ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW membawa semangat baru, memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan  baru, yakni lahirnya tradisi intelektual-induktif. Dalam QS. 41 (Fushilat) : 53 Allah berfirman :
Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?

            Al-Qur’an menganggap anfus (ego) dan afaaak (dunia)  sebagai sumber pengetahuan. Tuhan menampakkan tanda-tanda-Nya dalam pengetahuan batin dan juga lahir. Ilmu dalam islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi oleh nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al-Qur’an membimbing pengalaman lahir manusia ke arah obyek alam dan sejarah.
            Al-Qur’an melihat tanda-tanda kebenaran dalam matahari, bulan dan pemanjangan bayang-bayang, pergantian siang dan malam, aneka macam warna kulit dan bahasa manusia, dan peredaran sejarah diantara bangsa-bangsa. Dalam QS. 3 (Ali Imran) : 140 Allah berfirman :

Artinya : Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.

Dalam firman yang lain, dalam QS. 2 (al-Baqarah) : 164 Allah menyatakan:

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

2.2.  Konsep Iptek Dalam Islam.

            Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosuf, ilmuwan dan budayawan seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dangan apa yang mereka sanangi. Sains di indonesia menjadi ilmu pengetahuan, sadangkan dalam sudut pandang fisafat ilmu pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengatahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat, sadangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan interpretasi sehinggah menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan. Karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehinggah memperoleh kejelasan.
            Dalam kajian filasat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedang orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
            Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karateristik, obyektif dan netral dalam situasi tertentu teknologitidak netral karena memilikin potensi untuk merusan dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknelogi.
            Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kahidupan manusia dan lingkungnnya yang mengakibatkan kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.
            Seni adalah hasil ungkapan akal dengan sebagai prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik  dengan keindahan. Keindahan yang hakiki indentik dengan kebenaran. Kebudayaan memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.
            Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahandalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari ilmu-ilmu ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarikyang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Dalam pikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari wahyu allah tidak akui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu. Sedangkan dalam ajaran islamwahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalantidak boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan akal.

2.3.  Syarat-syarat Ilmu

            Dalam sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur pokok sebagai berikut :
a.       Ontologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas. Obyek studi harus dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan, dapat diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua, yaitu obyek material dan obyek formal.
b.      Epistemologi, arti bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi dan eduksi.
c.       Aksiologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep tersebut tidak terdapat kerancuan atau kesemrawutan pikiran atau pertentangan kontradiktif diantara satu sama lainnya.

Istilah pengetahuan dan ilmu dipahami oleh masyarakat luas menjadi satu
istilah baku yaitu Ilmu pengetahuan atau sains. Secarasingkat, istilah ini dapat didefinisikan sebagai pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui sesuatu prosespengkajian dan dapat diterima oleh rasio, dapat dinalar. Jadi ilmu pengetahuan dapat dikatakan himpunan rasionalisasi kolektik insani. Secara singkat sains dapat diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis (science is systematic knowledge). Dalampemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karateristik yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran islam sains tidak boleh bebas dari nilai-nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal.

 

2.4.            Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu,yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Qur’an dan Sunnah Rasul. Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak (absolute), karena bersumber dari wahyu Allah, dan ilmu yang bersifat perolehan (acquired knowledge) tigkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Peran Akal
Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (batin) manusia,antara pikiran dan hati manusia. Intelek adalah alam untuk memperoleh pengetahuan untuk alam nyata. Intuisi adalah alat untuk alam tak nyata. Dalam membentuk pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak tahu menjadi tahu.
Pengajaran melalui intelek hanya mungkin mengubah seseorang sedikit demi sedikit. Tetapi pendidikan melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat. Ia tidak terikat oleh hal yang bersifat lahiriah karena ia dapat menangkap kesatuan tentang sesuatu yang diketahui tanpa analisis dan dipecah-pecah. Tetapi pada kenyataan hidup manusia itu tidak dapat bekerja secara terpisah sepenuhnya. Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi dengan pola yang berbeda-beda, dan itulah yang menentukan corak akal manusia.
Apabila intelek dan intuisi benar-benar sudah terasah, maka kerja akal manusia menjadi demikian sensitifnya. Oleh karena itu seseorang ahli seni dapat menghasilkan karya yang sangat bernilai, dan seseorang ahli fisika dapat menemukan hokum-hukum alam melalui kerja intuisi. Akal seperti ini mampu menghasilkan pengetahuan yang lebih utuh dan menyeluruh. Dalam QS.22 (al-Hajj) : 46 Allah berfirman :

Artinya : Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,tetapi yang buta,ialah hati yang didalam dada.

Wahyu
Wahyu adalah tuntunan yang diberikan oleh Allah Sang pencipta kepada para hamba-hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta ini. Sebenarnya kata yang dipakai Al-Quran dengan kata wahyu, menunjukkan bahwa Al-Quran memandangnya sebagai sesuatu milik hidup yang universal, Sekalipun kodrat dan waktunya berbeda menurut perbedaan tingkat-tingkat kehidupan itu.
Tumbuh-tumbuhan tumbuh bebas dalam ruang, binatang yang mengembangkan jenis baru untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Manusia memperoleh penerangan dari makna yang mendalam dari kehidupan. Semua itu wahyu dengan watak yang bermacam-macam,tergantung pada kebutuhan spesies tempat penerima itu tergolong. Dalam QS. 16 (al-Nahl) : 68 Allah berfirman :
 





Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah,sedang mereka merendah diri?

            Selain berarti bimbingan fungsional biologis, wahyu juga merupakan bimbingan ajaran pada manusia pilihan Allah SWT. Cara penyampainnya bermacam-macam, baik langsung maupun tidak langsung, yakni melalui malaikat jibril. Wahyu mencegah pemikiran manusia dari pengaruh hawa nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama wahyu menjadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan hanya dengan landasan kepentingan manuiawi. Dalam  QS. 53 (al-Najm) : 1-5 Allah berfirman  yang Artinya :
1.      Demi binatang ketika terbenam.
2.      Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
3.      Dan tiadalah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4.      Ucapanmu itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
5.      Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.

Imam Suyudi berpendapat, bahwa sebenarnya Hadist Rosulullah SAW adalah wahyu juga, Tetapi Jibril menyampaikannya dalam bentuk makna, Sedangkan Al-Quran adalah wahyu yang disampaikan dalam bentuk Lafadz dan makna. Dalam perspektif Islam,Ilmu pegatahuan,teknologi dan seni merupakan hasil pengembangan potensi manusia yang diberikan Allah berupa Akal dan budi. Prestasi yang gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menemukan proses sunatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan suatu hokum baru diluar sunatullah (Hukum Allah/ Hukum Alam). Mengapa manusia menyombongkan diri?

 

2.5.  Integrasi Iman, Ilmu dan Amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, Ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap hubungan yang harmonis yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut Diul Islam. Didalamnya ada tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Dengan kata lain, Iman, ilmu dan amal shalih. Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaan dapat ergambarkan dari keutuhan inti ajarannya. Ada 3 inti ajaran dalam islam, yaitu Iman, Islam dan Ikhsan. Ketiga inti ajaran tersebut terintegrasi didalam sebuah sistem ajaran yang di sebut Dinul Islam. Dalam QS. 14 (Ibrahim) :24-25 dinyatakan :




Artinya :      
24. Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang kelangit.
25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizing Tuhannya, Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ini untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

2.6. Iptek dan Peradaban.

Teknologi adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh, bertopang kepada ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu. Sedangkan teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industry (bangunan,mesin dsb). Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya dibuat dengan keahlian.Secara luas, semua manifestasi dalam materiil yang lahir dari daya cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna mempertahankan kehidupan.
Dalam arti klasik,teknik adalah  ilmu pengetahuan dalam pengertian luas, yang bertopang kepada ilmu-ilmu alam dan eksakta yang mewujudkan ilmu-ilmu : perencanaan,konstruksi,pengamanan,utilitas,tepat guna, dan sebagainya dari semua bangunan teknik,sipil mupun militer.

2.7. Konsep Pengembangan Teknologi

Setelah manusia diciptaan Allah tidaklah dibiarkan dalam kebodohan sehingga mahluk ini mengembara diatas bumi dengan tidak berdaya. Tapi Tuhan Yang Maha Pengasih telah melimpahkan potensi berupa akal dan pengertian, diajarkannya untuk memahami elemen-elemen alam lalu menyelidiki dan menggunakan benda-benda yang terpendam dalam bumi dan langit demi memenuhi kebutuhannya. Nama-nama benda telah memberikan indikasi tata nama lewat manusia yang dapat dilihat dan mengerti alam serta karakteristik-karakteristiknya dari benda-benda (segala sesuatu). Yang demikian itu adalah jelas-jelas merupakan penghargaan yang sangat mahal bagi manusia, seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam QS.17 (al-Isra’) : 70 :
Artinya : Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan

Ketika Al-Qur’an memilih kata sakhhara, yang artinya menundukan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Bukankah manusia diciptakan sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allah kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka ketundukan itu tidak sejalan dengan maksud Allah SWT.
Dalam QS. 13 (al-Ra’du) :  2 Allah berfirman :
Artinya : Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar, hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu menyakini pertemuan(mu) dengan Rabb-mu
            Kata sakhhara, artinya memberi kemudahan atau dapat memberi keuntungan. Sakhhara mempunyai dua arti. Pertama;  seseuatu yang dapat diambil manfaatnya dibawah kantrol yang sempurna dari manusia dan dapat digunakan dalam beberapa cara menurut kehendak-Nya. Kedua,  berarti susuatu itu tetap teratur dan sitem reguler hukum-hukumnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Malah mahluk langit dan bumi diciptakan untuk melayani manusia, agar tunduk kepada manusia. Alam dengan hukum-hukumnya yang teratur dapat dimanfaatkan manusia.
            Dengan kemapuan akal, ilmu dan teknologinya manusia dapat meniru segala kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet dapat terbang keudara seperti burung, manusia dapat menembus bumi dengan teknologinya menggali segala mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi. Malah dengan teknologinya manusia dapat membuat terowongan untuk jalan kereta api atau mobil. Dan dengan teknologinya pula manusia dapat membuat terowongan di bawah dasar laut.
            Manusia mulai berpikir dari apa yang telah diberikan kepadanya berbagai kekuatan dan kemampuan untuk lebih mendalami rahasia-rahasia dunia fisik. Siapakah sebenarnya yang memberikan kekuatan dan kemampuan kecerdasan manusia untuk menguasai benda-benda material dan memanfaatkannya demi mencukupi kebutuhannya sendiri? Ini semua untuk memberikan keuntungan, dari Allah, bahwa manusia diharapkan mampu menjadi khalifah-Nya di atas bumi.
            Ingatlah iqra’ bismirabikalladzi khalaq (bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan). Itulah tempat manusia tunduk, bukan kepada alam dan segala yang diciptakan. Allama bil-qalam (yang mengajar dalam qalam). Sampai arti qalam di abad modern ini, seperti mesin tik. Komputer, mesin-mesin percetakan, cetak jarak jauh, internet, dan kini yang mengagumkan adalah hand phone dengan aneka fungsinya yang terus berkembang. Qalam adalh alat tulis dan alat rekam, sebagai lambang teknologi, karena sesungguhnya Tuhan bisa saja mengajar manusia bukan dengan cara biasa seperti umpamanya ia mengajar para nabi dan orang-orang tertentu tanpa alat.

2.8. Arah Pengembangan Teknologi

            Nabi bersabda: “sesungguhnya segala amalan itu hendaklah dengan niat (HR.Bukhari Muslim). Yang dimaksud dengan niat menurut syara’, yaitu kehendak atau sengaja melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah SWT. Tuhan dalam QS. 98 (al-Bayinah) : 5 berfirman :

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

            Dalam segala amalan atau memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu dengan basmalah (dengan nama Allah), karena dalam islam segala amal perbuatan (manusia muslim) senantiasa dikaitkan dengan menurut ridha Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang sudah baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus berkembang ini, manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dikembangkan dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan. Motivasi yang menjadi pijakan seorang mukmin dalam melakukan sesuatu itu disebut niat.
            Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini al-Qur’an memberikan arahan, jika seorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah pahalanya, tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan diberikan disini, hanya di akhirat nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan manusia yang dipermudah
            Berpijak kepada dasar dan motif dalam pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagi umat muslim tak lain kecuali untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah, sehingga dapat dicapai kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.

2.9. Ilmu Dan Teknologi

            Ketika Adam dipersiapkan untuk menjadi khalifah di bumi, malaikat protes. Tapi kata Tuhan, ia lebih tahu dari para mereka. Adam di ajari segala nama-nama, dan ketika Adam diperhadapkan dengan para malaikat, malaikat ditanyai tentang nama-nama benda itu. Malaikat tak bisa menjawab, dan hanya mengatakan : “subhanaka la ‘ilma lana illa ma ‘allamtana”. (Maha Suci Engkau Ya Tuhan, kami tidak memiliki ilmu pengetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami). Yang dimaksud dengan nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
            Adanya potensi itu, dan terjadinya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya mengembangkan terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Allah. Keberhasilan memanfaatkan alam itu merupakan buah teknologi.
            Al-Qur’an memuji sekelompok manusia yang dinamainya albab. Ciri mereka antar lain disebutkan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 190-191 :


Artinya :
190. Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka

            Dalam ayat tesebut tergambar ciri pokok ulil albab, yaitu tafakkur dan dzikir, kemudian keduanya menghasilkan natijah (hasil), seperti disebutkan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 195 :
Artinya : Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lai]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah[4]. Di sisi Allah ada pahala yang baik

            Lebih jauh dapat ditambahkan bahwa khalqu as-samaawaat wal ardl di samping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna memikirkan tentang sistem tata kerja alam semesta. Karena kata khalaq selain berarti penciptaan, juga berarti pengaturan dan pengukuran yang cermat. Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantarkan ilmuan kepada rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan kepada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan al-Qur’an. Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik (dengan nama Tuhanmu). Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang maknanya bermuara kepada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak mungkin dibutuhkan, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan di alam raya melalui keahlian di bidang teknik.
            Dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam raya ini. Kalau alat atau mesin sebagai gambaran konkrit teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia menciptakan pisau sebagai alat pemotong, alat menjadi perpanjangan tangan. Alat itu sepenuhnya tunduk kepada si pemakai, melebihi tunduknya budak belian. Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadin mesin,. Kereta api, mesin giling, dan sebagainya, semua berkembang, khusus ketika mesin tidak lagi menggunaka sumber energi manusia atau binatang, melainkan air, uap, air, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ baru manusia. Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya mampu terbang? Tetapi dengan pesawat, ia bagaikan memiliki sayap. Alat tidak lagi menjadi budak, tetapi telah menjadi kawan manusia.
            Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin yang semakin canggih. Mesin-mesin tersebut melalui daya akal manusia, digabung-gabungkan dengan yang lainnya, sehingga semakin kompleks, serta tidak bisa dikendalikan oleh seseorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti di lakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadi semacam seteru manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mengikuti kehendak manusia.
            Dewasa ini telah lahir teknologi khusus di bidang rekayasa genetik yang dikhawatirkan dapat menjadikan majikan sebagai budak,. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal majikan yang akan diperbudak yang ditundukkan alat. Jika begitu, ini jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu,. Berdasarkan petunjuk kitab sucinya al-Qur’an, seorang muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur debu tanah (lambang kehinaan) manusia maupun unsur ruh ilahi (lambang kemuliaan) manusia
            Seandainya penggunaan satu hsil teknologi telah melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka ketika itu bukan hasil teknologi yang mesti ditolak, melainkan penggunaan teknologi itu,. Jika hasil teknologi sejak mula digunakan dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaannya, maka sejak itu pula kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara menundukan kemampuan mekanik dan penciptaan teknologi, dengan pemeliharaan nila-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dangan kata lain, bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu dan iman?
            Dalam rangka tugas kekhalifahannya, manusia terus mencari dan berusaha mencari tahu dan bagaimana caranya memanfaatkan alam yang terhampar luas ini. Bukankah Tuhan telah menyediakan alam semesta ini untuk manusia. Bersumber pada ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran) Allah SWT di alam raya ini, akal manusia melahirkan banyak sekali cabang ilmu-ilmu kealaman yang terkait dengan benda-benda mati seperti ilmu astronomi, fisika, biologi, dan lain-lain.
            Jika menurut batasan bahwa teknologi adalah hal yang berkaitan dengan cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia, mengundang kita untuk menengok kepada setiap banyak ayat al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Sekitar 750 ayat al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, dan berulang-ulaang al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Dalam QS.45 (al-Jatsiyah) : 13 Allah berfirman :
 




Artinya : Dan Dia menundukkan untukmu, apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir

            Alam ditundukkan bagi manusia bagi manusia menguasai ilmu tentang aturan hukum-hukum yang diperlakukan Allah kepada alam semesta, apa yang kita kenal dengan sunattullah. Sunattullah buaknlah hukum alam yang secara otomatis berlaku dengan sendirinya secara alamiah tanpa ada yang menciptakannya, melainkan hukum itu ada bersamaan dengan penciptaannya oleh Yang Maha Pencipta. Dalam QS. 25 (al-Furqan) : 2 Allah berfirman :

Artnya : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapi-nya

            Hukum-hukum itu dicptakan Peciptanya bersamaan dengan penciptaan alam ini. Segala sesuatu di alam ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya tersendiri, seperti dinyatakan dalam firman Allah QS. 13 (al-Ra’du) : 8 :

Artinya : Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya

            Al-Qur’an ketika mula pertama diturunkan, telah menegur kekeliruan yang dilakukan manusia. Selama ini, di era kejahilan Tuhan-tuhan diciptakan dan disembah sebagai berhala. Masyarakat tersentak ketika muncul suatu informasi yang bertentangan dengan keyakinan mereka, bahwa diri mereka sendiri diciptakan secara berproses dari segumpal darah kemudian diciptakan menjadi manusia, dan kemudian lahir ke dunia. Agar mereka belajar, mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan membaca, mencoba, memperhatikan, menyelidiki, dan merumuskan suatu teori. Kesemuanya hendaklah dilakukan dengan berbasis iman, dengan menyebut nama Tuhan atau mengucap bismi rabbika allazi khalaq (membaca dan belajar dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan).
            Tuhan mengajar manusia (wa’allama Adamal asmaa kullaha) mengajari Adam nama-nama benda seluruhnya. Alam semesta ini sebagai kosmos yang berarti serasi, harmonis. Dalam bahasa Arab, alam adalah satu akar kata dengan ilmu (ilmu pengetahuan) dan ‘alamah (alamat,pertanda). Disebut demikian karena jagad raya ini adalah pertanda adanya Yang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu sebagai pertanda adanya Tuhan, jagat raya ini disebut ayat-ayat yang menjadi sumber ajaran dan pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran dan ajaran yang diambil dari pengamatan terhadap alam semesta ialah keserasian, keharmonisan dan ketertiban.
            Hakikat kosmos adalah teologis, yakni, penuh maksud, memenuhi maksud Penciptanya, dan kosmos bersifat demikian adalah karena adanya rancangan (teknologi). Alam tidaklah diciptakan dengan sia-sia, atau secara main-main. Alam bukanlah ada secara kebetulan, ada dengan tidak disengaja. Alam diciptakan dengan kondisi sempurna. Al-Qur’an sangat konsen dalam mendorong manusia untuk terus mencari ilmu pengetahuan dan mengembangkannya menjadi nyata dalam teknologi agar manusia menyadari akan kebesaran Pencipta-Nya. Apapun yang akan ditemukan oleh manusia dalam kemajuan ilmu dan teknologi, akan mengantar manusia pada suatu pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah, penciptanya, seperti difirmankan dalam QS. 41 (Fushshilat) : 53 :

Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu

            Manusia bukan hanya dituntut menguasai bumi, malah ditantang untuk menerobos langit, dan mahluk ini memang juga diberi potensi-potensi untukm keluar batas-batas bumi agar dapat mengamati alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran Penciptanya. Di dalam al-Qur’an, Allah menantang makhluk-Nya, jin dan manusia dengan firman-Nya yang termaktub dalam QS. 55 (al-Rahman) : 33 :

Artinya : Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah SWT)

            Perkataan sulthan dalam ayat tersebut bearti kekuatan, dari masa ke masa membawa makna yang terus berkembang. Kalau dulu mungkin sulthan diartikan sebagai penguasa, tetapi sekarang ini artinya harfiah adalah penguasa dan kekuatan, yang disumbangkan oleh kekuatan dan kekuasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan iptek itu manusia telah dapat mencapai tepian untuk langit hingga sampai ke bulan, dan kini serta terus menerus tiada henti manusia terus berupaya untuk menggapai cakrawala, ufuk langit yang lebih tinggi.
            Sebaliknya menembus bumi dan langit tanpa teknologi akan sia-sia. Petani dengan alat sederhana, seperti cangkul dan linggis umpamanya, seberapa dalamkah ia mampu manggali bumi. Paling dalam 10 sampai 20 m. Lebih dalam dari pada itu, manusia sudah mulai memerlukan alat-alat yang lebih canggih, dan itu akan dapat dipenuhi oleh teknologi. Maka dengan teknologi, manusia telah menggali sampai jauh kae dasar bumi, malah kedasar bawah laut telah dibuat jalan kereta api, seperti terowongan yang menghubungkan Inggris dan Perancis. Dengan teknologi manusia dapat mengirimkan robot-robot untuk menyelidiki dasar laut. Malah ada yang telah berancang-ancang untuk membuat pemukiman di dalam laut.
            Al-Qur’an menyodorkan kepada manusia pedoman sains-sains (pengetahuan) yang berhubungan dengan pengetahuan bumi dan pengetahuan angkasa luar serta memberinya perkengkapan-perlengkapan agar dapat melakukan penyelidikan tentang segala sesuatu untuk membuka dan membedah urai akan materi-materinya. Cara demikian yang mendorongnya memperoleh segala sesuatu yang dapat dimungkinkan hidup di dunia dan menggunakannya demi mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Untuk itu segala sesuatu dan perilaku mukmin-muslimin tidak terlepas dari al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad SAW pun diperintahkan-Nya agar selalu berusaha menambah pengetahuannya, seperti firman Allah dalam QS. 20 (Thaha) : 114 :

Artinya : Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca (ayat-ayat) Al-Qur'an, sebelum disempurnakan diwahyukannya kepadamu (sebagai pengetahuan, pemahaman dan keyakinan yang utuh atas kebenaran kebenaran ayat-ayat-Nya itu), dan katakanlah: 'Ya Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan

Dalam QS. 12 (Yusuf) : 72 Allah juga berfirman :



Artinya : Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala) teko (raja dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh hadiah seberat beban unta) berupa bahan makanan (dan aku terhadapnya) tentang hadiah itu (menjadi penjamin.") yang menanggungnya

            Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah SAW bersabda: “Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta”. Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugrah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju teknologi memang tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu atau teknologi yang dapat membahayakan dirinya. Agar tidak menjadi seperti kepompong yang membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.
            Telah dikatakan tentang adanya unsur kesejatian dan kebenaran dalam pandangan keritis banyak orang terhadap kehadiran teknologi modern dan akibat-akibatnya . Mereka memperingatkan bahwa disamping manfaatnya yang tidak diragukan dalam meningkatkan kemakmuran umat manusia, teknologi modern juga mengandung unsur-unsur yang dapat membahayakan harkat dan martabat manusia, serta merusak keseimbangan ekologis lingkungan hidupnya. Beberapa jargin sosial politik seperti alienasi, dehumanisasi,konsumerisme, dan lain-lain., sebagaimana digunakan kalangan kaum Marxis merupakan ungkapan tentang bagaimana teknologi modern merusak keseimbangan ekologis. Hal itu telah mendorong tumbuhnya beberapa gerakan lingkungan (environmentalism), salah satunya adalah Green Peace yang sangat militan. Sikap mempertanyakan kembali hubungan manusia dengan teknologi selalu dipelopori oleh individu-individu dari masyarakat-masyarakat berteknologi maju sendiri, atau oleh mereka yang berkebelakangan tapi mempunyai pengalaman perorangan tentang kehidupan modern.
           
Dari sudut pandang tertentu, perkembangan dan kemajuan teknologi modern adalah kelajuan logis sejarah umat manusia sendiri. Disebabkan beberapa faktor tertentu yang sampai sekarang masih menjadi bahan pembahasan para ahli, teknologi modern muncul dari Eropa Barat Laut, dalam hal ini Inggris (Revolusi Industri), sehingga zaman modern pun dimulai dari sana. Ini cukup menarik, karena sejauh itu Eropa Barat Laut khususnya Inggris, dari tinjauan klasik, itu pusat dunia peradaban yang dalam bahasa yunanai dinamakan oikoumeane (dalam bahasa arab disebut al-Ma’murah-daerah berpenghuni banyak dan berperadaban), berpusat pada kawasan timur dekat. Kawasan-kawasan peradaban besar adalah Yunani-Romawi di sebuah barat, India  dan Cina sebelah timur. Maka lahirnya zaman modern dari Eropa Barat Laut itu merupakan suatu anomali (ketidaknormalan). Normalnya, zaman modern akan lebih logis bila muncul dari salah satu kawasan oikumene, sebagaimana peradaban itu sendiri, yaitu fase perkembangan kehidupan sosial manusia yang membawanya kepada fajar sejarah, muncul dan dimulai dari Sumeria di lembah Mesepotamia (Irak sekarang). Karena itu ada hipotesa bahwa zaman modern, sebagai kelanjutan logis peradaban manusia, kalaupun tidak muncul di Eropa Laut sebagaimana telah terjadi, tentu akan muncul dari daerah lain dalam kawasan al- Ma’murah.
            Tetapi sebenarnya teknologi tidaklah muncul di zaman sekarang. Meskipun ia memainkan peran sentral dalam zaman modern, namun teknologi telah ada sejak peradaban manusia (atau sejakzaman sejarah), terutama sejak tumbuhnya masyarakat kota pada bangsa Sumeria 5000 tahun yang lalu. Karena itu Hodgson misalnya, menyatakan kemustahilan memandang zaman modern sebagai satu kesatuan terpisah, tetapi sabagai bagian dari peradaban umat manusia secara keseluruhan. Teknologi dapat ditelusuri unsur-unsurnya yang berasal dari berbagai bangsa dan masa. Barkenaan dengan unsur-unsurnya yang berasal dari bangsa-bangsa muslim, seperti penggunaan kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dalam teknologi kimia modern semisal kata-kata Inggris alambique, alchemmy, alcohol, azimuth, alixir, henna, nadir, saffron, dan lain-lain. Telah diketahui bahwa kotak-kotak orang Barat dengan Timur melalui berbagai saluran telah membawa ilmu pengetahuan dan teknologi Islam khususnya dan Timurada umunya ke Eropa. Dunia Barat saat itu masih sedemikian terbelakangnya dibanding dengan Dunia Timur, sehingga hampir apa pun yang dibawa dari Timur merupakan sentuhan kamajuann bagi Barat.

2.10. Keutamaan Orang Beriman dan Beramal

Perbuatan baik seseorang tidak akan akan berilai amal shalih apabila perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya pengembangan iptek yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan akan menjadi malapetaka dalam kehidupannya sendiri.
Manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling Utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berfikir,hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan,teknologi dan seni. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam QS. 58 (Al-Mujadalah) : 11 :
 






Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “ Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabil dikatakan : “ Berdirilah kamu,maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang memberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Menurut al –Ghazali, bahwa mahkluk yang paling mulia adlah manusia, sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Tugas utama pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, dan menggiring peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah SWT melalui pengembangan ilmu penhgetahuan. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang amat mulia yang dapat menentukan masa depan seseorang. Karena itu para pendidik akan selalu dikenang dalam hati anak didiknya. Al-Ghazali memberikan argumenasi  yang kuat, baik berdasarkan al-quran, as-sunnah maupun argumentasi secara rasional.

2.11. Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungannya


Dari pernyataan diatas Al-Ghazali sangat enghargai orang yang berilmu dan mengamalkannya dengan ikhlas. Salah satu pengamalannya adalah mengajarkan kepada orang lain. Orang yng berilmu tetapi tidak mengamalkannya menurut Al-Ghazali sebagai orang celaka. Ia menyatakan bahwa semua seluruh manusia akan binasa kecuali orang-orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu akan celaka  kecuali orang-orang yang mengamalkannya. Dan orang-orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas.
Ada dua fungsi manusia dimuka bumi,yaitu sebagai ‘abdun 9 (Hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah dimuk bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi Khalifah adalah tanggung jawab kepada diri sendiri dan alam lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan lingkungan alam.
Tanggung jawab kekhalifaan banyak bertumpu dari para ilmuwan dan cendikiawan. Mereka mempunyai tanggung jawab jauh lebih besar disbanding manusia-manusia yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang mempunyai ilmu pengetahuan tidak mungkin melakukan eksploitasi alam ini secara berlebihan, paling hanya sekedar hanya untuk memenuhi kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsunya, karena mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengeksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber alam ini.
Kerusakan di alam dan lingkungan sekitar ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah dimuka bumi yang bertugas menjaga kelestarian alam,  sebagaimana firman Allah dalam QS.30 (Al-Rum) : 41 : 

 





Artinya : Telah tampak kerusakan didarat maupun dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada sebagian dari (akibat) perbuatan, agar mereka kembali (kejalan yang benar).

2.12. Sikap Muslim Menghadapi Kemajuan Ipteks


Bagi orang yang beriman,iman dan ilmu haruslah berimbang, Iman adalah stir atau kompas bagi orang yang berilmu sehingga orang yang beriman tidak kehiangan arah, dan tidak akan melupakan Tuhannya. Dalam rangka ini hendaklah kaum muslimin tidak tertinggal dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan upaya-upaya berikut :
1.      Cekatan Menciptakan Alat.
2.      Menghargai Waktu
3.      Memiliki Etos Kerja yang Kuat






 


BAB III

PENUTUP


3.1.Kesimpulan

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah sebuah hasil pemikiran  untuk memperluas dan memperdalam serta mengembangkan Ilmu pengetahuan. Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa peran manusia dalam perkembangan IPTEK adalah menjadikan aqidah sebagai paradigm pemikiran dan ilmu pengetahuan, Serta menggunakan Syariah sebagai Standar pengguaan IPTEK.
Sebagai manusia yang beriman dan berilmu kita juga harus menggunakan kemajuan IPTEK sesuai dengan apa yang sudah di atur didalam Agama Islam. Manusia juga harus mengamalkan ilmunya dengan ikhlas dan hanya mencari ridho Allah SWT. Selain itu manusia sebagai khalifah dimuka bumi haruslah menjaga serta melestarikan alam ini tanpa melakukan kerusakan terhadapnya

3.2.            Saran

Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap para pembaca mengetahui pentinnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi didalam kehidupan manusia. Serta memahami bagaimana Islam memberikan aturan-aturan didalam kita menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar manusia tidak menyalahgunakannya, karena perkembangan IPTEK di zaman sekarang ini sangatlah pesat sehingga diperlukan pegangan yang kuat agar kita dapat dengan bijak didalam memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Kami juga meminta atas kekurangan didalam penulisan makalah ini,kritik dan saran dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini sehingga menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA


David Ali,SH., Prof. Muhammad. 2013.Pendidikan Agama Islam. PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Zein,M.Ag. Dr. Muhammad.dkk. 2009. Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi. Departemen Agama,Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,Direktorat Pendidikan Tinggi Islam : Jakarta.
http://.hannahafifah.blogspot.co.id/2014/01/Pandangan-Islam-Dalam-perkembangan-Ilmu.html?m=1
http://id.Wikipedia.com//Pengertian-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar