KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirraahim
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
wa Ta’ala, atas rahmatNya kami
dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul “IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM”. Makalah ini disusun
guna memenuhi nilai tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama
Islam Fakultas Teknologi
Industri Universitas Balikpapan.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu terwujudnya
makalah ini, khususnya kami
sampaikan kepada:
1. Bapak
Firman,S.Ag.,M.SI., yang sudah memberikan
tugas dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik.
2. Teman-teman anggota kelompok 3
yang telah bekerja keras, mencurahkan
segala tenaga dan pikirannya serta dengan semangat yang tinggi sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM” dengan baik.
Penulis
menyadari dan meyakini bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, oleh karena itu
pastilah banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini baik dari segi teknik
penulisan maupun materi. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf dengan hal yang kurang berkenan dalam pembuatan
maupun subsansi makalah ini, dan penulis juga mengharap dan menerima kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Balikpapan,7
Oktober 2015
Team Penulis.
|
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB
III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau
sering kita sebut dengan IPTEK adalah sesuatu yang selalu berkembangdantidak
akan pernah berhenti berkembang. Sejak zaman peradaban awal, hingga kini,
manusia tidak terlepas dari berkembangnya IPTEK tersebut.Inovasi-inovasi baru
dari IPTEK kian hari pun kian berwarna-warni.
Bahkan, berkembangnya kebudayaan manusia pun turut dipengaruhi oleh
berkembangnya inovasi-inovasi IPTEK tersebut. Hampir semua aspek kehidupan masyarakat sekarang ini dipengaruhi oleh
perkembangan IPTEK, Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang
menggunakan teknologi di kehidupannya,seperti : Televisi, Smartphone yang
canggih, dan masih banyak lagi teknologi-teknologi lainnya.
Ilmu menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.Sedangkan teknologi menurut
Wikipedia adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Pada dasarnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan masyarakat untuk mempermudah pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari,
Sebagai manusia yang beragama kita tentunya mempunyai aturan-aturan dalam
menggunakan teknologi sesuai syariat agama islam, Jangan sampai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di gunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh agama, karena
didalam agama Islam sangat memperhatikan segala aspek kehidupan, salah satunya,ketika
IPTEK disalah gunakan maka itu termasuk perbuatan yang dilarang oleh ajaran
Islam.
1.2.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian dari latar belakang dapat diketahui bahwa kemajuan Ilmu pengetahuan dan Teknologi
sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, Oleh karena itu , penulis
mengkaji makalah ini dengan memberikan penjelasan tentang bagaimana Islam
mengkaji dan memberikan pandangan dalam IPTEK.
1.3.
Batasan
Masalah
Dalam makalah ini,
penulis hanya membatasi pembahasan dalam bagaimana pandangan Islam dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang berdasar pada dalil-dalil yang mengaturnya, dan sejauh mana perkembangan dan fungsi dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknoogi yang dilihat dari segi kehidupan
Islam. Dengan tujuan agar tidak terjadi
pembahasan yang melebar dan berkepanjangan.
1.4.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini antara lain :
1. Melihat dan menganalisa bagaimana pandangan Islam
mengenai perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam kehidupan di
masyarakat sekarang ini.
2. Mengetahui Bagaimana Islam mengatur dan membatasi penggunaan
IPTEK dalam kehidupan di masyarakat.
3. Mengetahui Bagaimana tanggung jawab kita sebagai
seorang Muslim didalam mengembangkan IPTEK.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pentingnya IPTEKS Dalam Kehidupan
Islam
sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh pribadinya
kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Bahkan di dalam
al-Quran sendiri Allah menyatakan, bahwa hanya orang yang berilmulah yang
benar-benar takut kepada Allah. Hal ini dinyatakan salam QS. 35 (Fathir) : 28 :
Artinya
: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.
Allah
akan mengangkat derajat dan martabat orang-orang yang beriman dan berilmu,
seperti difirmankan dalam QS. 58 (al-Mujadilah) : 11 :
Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dialog
antara Allah dengan malaikat ketika Allah mau menciptakan manusia, dan malaikat
mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Allah
membuktikan keunggulan manusia daripada malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui
kemampuan menyebutkan nama-nama. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
praktiknya mampu mengangkat harkat dan martabat manusia, karena melalui ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan
alam yang disediakan Allah. Karena itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang
diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.
Kehidupan
agama islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti tersendiri,
termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak
peradaban yang diwariskan Romawi-Yunani yang pernah berjaya selam satu milenium
sebelumnya. Walaupun pada awalnya karakteristik ini tidak mudah bekerja, karena
pengetahuan peradaban Hellenisme yang
begitu kuat, namun dalam waktu yang tidak begitu panjang akhirnya kaum muslimin
dapat memainkan sendiri peran peradabannya yang unik selama beberapa abad. Ilmu
dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah SWT
sebagaimana seni Islam murni yang melahirkan bentuk plastis yang dapat membuat
orang merenungkan keesaan Ilahi, begitu pula semua ilmu yang pantas disebut
bersifat Islami menunjukan kesatupaduan dan saling berhubungan dari segala yang
ada. Dengan merenungkan kesarupaduan alam orang dapat menuju ke arah Keagungan
dan Keesaan ilahi.
Sebelum
Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjalankan dan menyebarkan risalah-nya,
sumber-sumber bagi dunia ilmu pengetahuan hanyalah pengembaraan aal yang
dikuasai oleh naluri dan berbagai nafsu manusia. Dengan berbekal hal ini
manusia mengembangkan pemikiran induktifnya dan kemudian melahirkan karya-karya
yang dianggap besar pada zamannya. Namun demikian pengaruh-pengaruh pemikiran
dan mitos masih saja bekerja dan tak melampaui batas-batas yang telah
digariskan.
Turunnya
wahyu Allah SWT kedada nabi Muhammad SAW membawa semangat baru bagi dunia ilmu
pengetahuan. Ditinjau dari peranan kewahyuan dalam kehidupan manusia,
sebenarnya apa yang terjadi pada diri beliau bukanlah suatu hal yang baru. Para
Nabi Allah yang sebelumnya pernah diutus ke berbagai generasi manusia dalam
suatu kurun waktu yang sangat panjang,
namun keunikan ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW membawa semangat
baru, memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam membawa manusia kepada
sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan
baru, yakni lahirnya tradisi intelektual-induktif. Dalam QS. 41
(Fushilat) : 53 Allah berfirman :
Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak
cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
Al-Qur’an menganggap anfus (ego) dan afaaak (dunia) sebagai
sumber pengetahuan. Tuhan menampakkan tanda-tanda-Nya dalam pengetahuan batin
dan juga lahir. Ilmu dalam islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena
ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan
pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa inteleknya yang atmosfernya
telah dipenuhi oleh nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al-Qur’an membimbing
pengalaman lahir manusia ke arah obyek alam dan sejarah.
Al-Qur’an melihat tanda-tanda
kebenaran dalam matahari, bulan dan pemanjangan bayang-bayang, pergantian siang
dan malam, aneka macam warna kulit dan bahasa manusia, dan peredaran sejarah
diantara bangsa-bangsa. Dalam QS. 3 (Ali Imran) : 140 Allah berfirman :
Artinya
: Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,
maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang zalim.
Dalam firman
yang lain, dalam QS. 2 (al-Baqarah) : 164 Allah menyatakan:
Artinya
: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan.
2.2. Konsep Iptek Dalam
Islam.
Berbagai
definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosuf,
ilmuwan dan budayawan seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing
sesuai dangan apa yang mereka sanangi. Sains di indonesia menjadi ilmu
pengetahuan, sadangkan dalam sudut pandang fisafat ilmu pengetahuan dan ilmu
sangat berbeda maknanya. Pengatahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat, sadangkan ilmu
adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan
interpretasi sehinggah menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu
berarti kejelasan. Karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai
ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam
Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan
obyek pengetahuan sehinggah memperoleh kejelasan.
Dalam
kajian filasat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab
itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedang
orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena
keterbatasan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa
ilmu secara mendalam.
Istilah
teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis
dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karateristik,
obyektif dan netral dalam situasi tertentu teknologitidak netral karena
memilikin potensi untuk merusan dan potensi kekuasaan. Disinilah letak
perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknelogi.
Teknologi
dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia,
juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kahidupan manusia dan lingkungnnya yang mengakibatkan kehancuran alam
semesta. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya
bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.
Seni
adalah hasil ungkapan akal dengan sebagai prosesnya. Seni merupakan ekspresi
jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut menjadi bagian dari budaya
manusia. Seni identik dengan keindahan.
Keindahan yang hakiki indentik dengan kebenaran. Kebudayaan memiliki nilai yang
sama yaitu keabadian.
Benda-benda
yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat
keindahandalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni
yang lepas dari ilmu-ilmu ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah
hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarikyang selalu bertambah
bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Dalam pikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari wahyu allah tidak akui
sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama
dipertentangkan dengan ilmu. Sedangkan dalam ajaran islamwahyu dan akal, agama
dan ilmu harus sejalantidak boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya
karena hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan akal.
2.3. Syarat-syarat Ilmu
Dalam
sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur
pokok sebagai berikut :
a.
Ontologi, artinya
bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas. Obyek studi
harus dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan, dapat diuraikan
sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua, yaitu obyek
material dan obyek formal.
b. Epistemologi,
arti bidang studi yang bersangkutan
memiliki metode kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi
yaitu metode deduksi, induksi dan eduksi.
c.
Aksiologi, artinya
bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau kemanfaatannya. Bidang
studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum,
generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan
logis, sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep tersebut tidak terdapat
kerancuan atau kesemrawutan pikiran atau pertentangan kontradiktif diantara
satu sama lainnya.
Istilah
pengetahuan dan ilmu dipahami oleh masyarakat luas menjadi satu
istilah baku yaitu Ilmu pengetahuan atau sains. Secarasingkat, istilah ini dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui sesuatu
prosespengkajian dan dapat diterima oleh rasio, dapat dinalar. Jadi ilmu
pengetahuan dapat dikatakan himpunan rasionalisasi kolektik insani. Secara
singkat sains dapat diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis (science is systematic knowledge).
Dalampemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karateristik yaitu obyektif,
netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran islam sains tidak boleh bebas
dari nilai-nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal.
2.4.
Sumber
Ilmu Pengetahuan
Dalam
pemikiran Islam ada dua sumber ilmu,yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh
dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Qur’an dan Sunnah Rasul. Atas dasar itu ilmu dalam
pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat
kebenarannya bersifat mutlak (absolute), karena bersumber dari wahyu Allah, dan
ilmu yang bersifat perolehan (acquired knowledge) tigkat kebenarannya bersifat
nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Peran Akal
Akal
adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (batin) manusia,antara
pikiran dan hati manusia. Intelek adalah alam untuk memperoleh pengetahuan
untuk alam nyata. Intuisi adalah alat untuk alam tak nyata. Dalam membentuk
pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak tahu menjadi tahu.
Pengajaran
melalui intelek hanya mungkin mengubah seseorang sedikit demi sedikit. Tetapi
pendidikan melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat. Ia tidak
terikat oleh hal yang bersifat lahiriah karena ia dapat menangkap kesatuan
tentang sesuatu yang diketahui tanpa analisis dan dipecah-pecah. Tetapi pada
kenyataan hidup manusia itu tidak dapat bekerja secara terpisah sepenuhnya.
Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi dengan pola yang berbeda-beda,
dan itulah yang menentukan corak akal manusia.
Apabila
intelek dan intuisi benar-benar sudah terasah, maka kerja akal manusia menjadi
demikian sensitifnya. Oleh karena itu seseorang ahli seni dapat menghasilkan
karya yang sangat bernilai, dan seseorang ahli fisika dapat menemukan
hokum-hukum alam melalui kerja intuisi. Akal seperti ini mampu menghasilkan
pengetahuan yang lebih utuh dan menyeluruh. Dalam QS.22 (al-Hajj) : 46 Allah
berfirman :
Artinya : Maka apakah mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta,tetapi yang buta,ialah hati yang didalam dada.
Wahyu
Wahyu
adalah tuntunan yang diberikan oleh Allah Sang pencipta kepada para
hamba-hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta
ini. Sebenarnya kata yang dipakai Al-Quran dengan kata wahyu, menunjukkan bahwa
Al-Quran memandangnya sebagai sesuatu milik hidup yang universal, Sekalipun
kodrat dan waktunya berbeda menurut perbedaan tingkat-tingkat kehidupan itu.
Tumbuh-tumbuhan
tumbuh bebas dalam ruang, binatang yang mengembangkan jenis baru untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Manusia memperoleh penerangan dari
makna yang mendalam dari kehidupan. Semua itu wahyu dengan watak yang
bermacam-macam,tergantung pada kebutuhan spesies tempat penerima itu tergolong.
Dalam QS. 16 (al-Nahl) : 68 Allah berfirman :
Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala
sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan
dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah,sedang mereka merendah diri?
Selain berarti bimbingan fungsional
biologis, wahyu juga merupakan bimbingan ajaran pada manusia pilihan Allah SWT.
Cara penyampainnya bermacam-macam, baik langsung maupun tidak langsung, yakni
melalui malaikat jibril. Wahyu mencegah pemikiran manusia dari pengaruh hawa
nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama wahyu
menjadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan hanya dengan landasan
kepentingan manuiawi. Dalam QS. 53 (al-Najm)
: 1-5 Allah berfirman yang Artinya :
1. Demi binatang
ketika terbenam.
2. Kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
3. Dan
tiadalah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapanmu
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
5. Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Imam
Suyudi berpendapat, bahwa sebenarnya Hadist Rosulullah SAW adalah wahyu juga,
Tetapi Jibril menyampaikannya dalam bentuk makna, Sedangkan Al-Quran adalah
wahyu yang disampaikan dalam bentuk Lafadz dan makna. Dalam perspektif Islam,Ilmu
pegatahuan,teknologi dan seni merupakan hasil pengembangan potensi manusia yang
diberikan Allah berupa Akal dan budi. Prestasi yang gemilang dalam pengembangan
iptek, pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menemukan proses sunatullah itu
terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan suatu hokum baru
diluar sunatullah (Hukum Allah/ Hukum Alam). Mengapa manusia menyombongkan
diri?
2.5. Integrasi
Iman, Ilmu dan Amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, Ilmu pengetahuan
dan teknologi terhadap hubungan yang harmonis yang terintegrasi kedalam suatu
sistem yang disebut Diul Islam. Didalamnya ada tiga unsur pokok, yaitu akidah,
syari’ah dan akhlak. Dengan kata lain, Iman, ilmu dan amal shalih. Islam
merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaan dapat ergambarkan dari
keutuhan inti ajarannya. Ada 3 inti ajaran dalam islam, yaitu Iman, Islam dan
Ikhsan. Ketiga inti ajaran tersebut terintegrasi didalam sebuah sistem ajaran
yang di sebut Dinul Islam. Dalam QS. 14 (Ibrahim) :24-25 dinyatakan :
Artinya :
24.
Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang
kelangit.
25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizing Tuhannya, Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ini untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.
2.6.
Iptek dan Peradaban.
Teknologi
adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh, bertopang
kepada ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu. Sedangkan
teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan
hasil industry (bangunan,mesin dsb). Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya dibuat dengan
keahlian.Secara luas, semua manifestasi dalam materiil yang lahir dari daya
cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna mempertahankan
kehidupan.
Dalam
arti klasik,teknik adalah ilmu
pengetahuan dalam pengertian luas, yang bertopang kepada ilmu-ilmu alam dan
eksakta yang mewujudkan ilmu-ilmu :
perencanaan,konstruksi,pengamanan,utilitas,tepat guna, dan sebagainya dari
semua bangunan teknik,sipil mupun militer.
2.7.
Konsep Pengembangan Teknologi
Setelah manusia diciptaan Allah tidaklah
dibiarkan dalam kebodohan sehingga mahluk ini mengembara diatas bumi dengan
tidak berdaya. Tapi Tuhan Yang Maha Pengasih telah melimpahkan potensi berupa
akal dan pengertian, diajarkannya untuk memahami elemen-elemen alam lalu
menyelidiki dan menggunakan benda-benda yang terpendam dalam bumi dan langit
demi memenuhi kebutuhannya. Nama-nama benda telah memberikan indikasi tata nama
lewat manusia yang dapat dilihat dan mengerti alam serta
karakteristik-karakteristiknya dari benda-benda (segala sesuatu). Yang demikian
itu adalah jelas-jelas merupakan penghargaan yang sangat mahal bagi manusia,
seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam QS.17 (al-Isra’) : 70 :
Artinya
: Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna, atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan
Ketika Al-Qur’an memilih kata sakhhara, yang artinya menundukan atau merendahkan, maksudnya
adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus
tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
Bukankah manusia diciptakan sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorang khalifah
tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allah
kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka ketundukan itu
tidak sejalan dengan maksud Allah SWT.
Dalam QS. 13
(al-Ra’du) : 2 Allah berfirman :
Artinya
: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar, hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu menyakini
pertemuan(mu) dengan Rabb-mu
Kata
sakhhara, artinya memberi kemudahan
atau dapat memberi keuntungan. Sakhhara mempunyai
dua arti. Pertama; seseuatu yang dapat diambil manfaatnya
dibawah kantrol yang sempurna dari manusia dan dapat digunakan dalam beberapa
cara menurut kehendak-Nya. Kedua, berarti susuatu itu tetap teratur dan sitem
reguler hukum-hukumnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Malah mahluk
langit dan bumi diciptakan untuk melayani manusia, agar tunduk kepada manusia.
Alam dengan hukum-hukumnya yang teratur dapat dimanfaatkan manusia.
Dengan
kemapuan akal, ilmu dan teknologinya manusia dapat meniru segala kekuatan
beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet dapat terbang keudara
seperti burung, manusia dapat menembus bumi dengan teknologinya menggali segala
mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi. Malah dengan teknologinya manusia
dapat membuat terowongan untuk jalan kereta api atau mobil. Dan dengan
teknologinya pula manusia dapat membuat terowongan di bawah dasar laut.
Manusia
mulai berpikir dari apa yang telah diberikan kepadanya berbagai kekuatan dan
kemampuan untuk lebih mendalami rahasia-rahasia dunia fisik. Siapakah
sebenarnya yang memberikan kekuatan dan kemampuan kecerdasan manusia untuk
menguasai benda-benda material dan memanfaatkannya demi mencukupi kebutuhannya
sendiri? Ini semua untuk memberikan keuntungan, dari Allah, bahwa manusia
diharapkan mampu menjadi khalifah-Nya di atas bumi.
Ingatlah
iqra’ bismirabikalladzi khalaq
(bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan). Itulah tempat manusia tunduk,
bukan kepada alam dan segala yang diciptakan. Allama bil-qalam (yang mengajar dalam qalam). Sampai arti qalam di abad modern ini, seperti mesin
tik. Komputer, mesin-mesin percetakan, cetak jarak jauh, internet, dan kini
yang mengagumkan adalah hand phone dengan aneka fungsinya yang terus
berkembang. Qalam adalh alat tulis
dan alat rekam, sebagai lambang teknologi, karena sesungguhnya Tuhan bisa saja
mengajar manusia bukan dengan cara biasa seperti umpamanya ia mengajar para
nabi dan orang-orang tertentu tanpa alat.
2.8.
Arah Pengembangan Teknologi
Nabi
bersabda: “sesungguhnya segala amalan itu hendaklah dengan niat (HR.Bukhari
Muslim). Yang dimaksud dengan niat menurut syara’, yaitu kehendak atau sengaja
melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah SWT. Tuhan dalam
QS. 98 (al-Bayinah) : 5 berfirman :
Artinya
: Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus
Dalam
segala amalan atau memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu dengan basmalah (dengan nama Allah), karena
dalam islam segala amal perbuatan (manusia muslim) senantiasa dikaitkan dengan
menurut ridha Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan
petunjuk-petunjuk yang sudah baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia
yang terus berkembang ini, manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
dikembangkan dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan.
Motivasi yang menjadi pijakan seorang mukmin dalam melakukan sesuatu itu
disebut niat.
Hasil
suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini al-Qur’an
memberikan arahan, jika seorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah
pahalanya, tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan
diberikan disini, hanya di akhirat nanti ia tidak memperoleh bagian apapun.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus
berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang
kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan manusia
yang dipermudah
Berpijak
kepada dasar dan motif dalam pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bagi umat muslim tak lain kecuali untuk memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah, sehingga
dapat dicapai kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.
2.9.
Ilmu Dan Teknologi
Ketika
Adam dipersiapkan untuk menjadi khalifah di bumi, malaikat protes. Tapi kata
Tuhan, ia lebih tahu dari para mereka. Adam di ajari segala nama-nama, dan
ketika Adam diperhadapkan dengan para malaikat, malaikat ditanyai tentang
nama-nama benda itu. Malaikat tak bisa menjawab, dan hanya mengatakan : “subhanaka la ‘ilma lana illa ma ‘allamtana”.
(Maha Suci Engkau Ya Tuhan, kami tidak memiliki ilmu pengetahuan kecuali apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami). Yang dimaksud dengan nama-nama pada
ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia
berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
Adanya
potensi itu, dan terjadinya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan
alam raya mengembangkan terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan
ilmuan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua
mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan
Allah. Keberhasilan memanfaatkan alam itu merupakan buah teknologi.
Al-Qur’an
memuji sekelompok manusia yang dinamainya albab.
Ciri mereka antar lain disebutkan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 190-191 :
Artinya
:
190.
Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka
Dalam
ayat tesebut tergambar ciri pokok ulil
albab, yaitu tafakkur dan dzikir, kemudian keduanya menghasilkan natijah (hasil), seperti disebutkan
dalam QS. 3 (Ali Imran) : 195 :
Artinya
: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara
kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lai]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka
ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari
Allah[4]. Di sisi Allah ada pahala yang baik
Lebih jauh dapat
ditambahkan bahwa khalqu as-samaawaat wal
ardl di samping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi,
juga bermakna memikirkan tentang sistem
tata kerja alam semesta. Karena kata khalaq
selain berarti penciptaan, juga berarti pengaturan dan pengukuran yang
cermat. Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantarkan ilmuan kepada
rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan kepada penciptaan
teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat manusia. Jadi dapat
dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan al-Qur’an. Ini
berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia
terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi
manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik (dengan nama Tuhanmu). Al-Qur’an sejak dini
memperkenalkan istilah sakhkhara yang
maknanya bermuara kepada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak mungkin
dibutuhkan, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan di alam raya melalui
keahlian di bidang teknik.
Dapat
disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan
manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan manusia adalah khalifah yang
kepadanya tunduk segala yang ada di alam raya ini. Kalau alat atau mesin
sebagai gambaran konkrit teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya
teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia menciptakan
pisau sebagai alat pemotong, alat menjadi perpanjangan tangan. Alat itu
sepenuhnya tunduk kepada si pemakai, melebihi tunduknya budak belian. Kemudian
teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadin
mesin,. Kereta api, mesin giling, dan sebagainya, semua berkembang, khusus
ketika mesin tidak lagi menggunaka sumber energi manusia atau binatang,
melainkan air, uap, air, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara misalnya,
adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi perpanjangan organ manusia, tetapi
perluasan atau penciptaan organ baru manusia. Bukankah manusia tidak memiliki
sayap yang memungkinkannya mampu terbang? Tetapi dengan pesawat, ia bagaikan
memiliki sayap. Alat tidak lagi menjadi budak, tetapi telah menjadi kawan
manusia.
Dari
hari ke hari tercipta mesin-mesin yang semakin canggih. Mesin-mesin tersebut
melalui daya akal manusia, digabung-gabungkan dengan yang lainnya, sehingga
semakin kompleks, serta tidak bisa dikendalikan oleh seseorang. Tetapi akhirnya
mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti di lakukan oleh banyak orang.
Pada tahap ini, mesin telah menjadi semacam seteru manusia, atau lawan yang
harus disiasati agar mengikuti kehendak manusia.
Dewasa
ini telah lahir teknologi khusus di bidang rekayasa genetik yang dikhawatirkan
dapat menjadikan majikan sebagai budak,. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal
majikan yang akan diperbudak yang ditundukkan alat. Jika begitu, ini jelas bertentangan
dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu,. Berdasarkan petunjuk kitab
sucinya al-Qur’an, seorang muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi yang
sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia,
baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur debu tanah (lambang kehinaan)
manusia maupun unsur ruh ilahi
(lambang kemuliaan) manusia
Seandainya
penggunaan satu hsil teknologi telah melalaikan seseorang dari dzikir dan
tafakkur, serta mengantarkan kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka
ketika itu bukan hasil teknologi yang mesti ditolak, melainkan penggunaan
teknologi itu,. Jika hasil teknologi sejak mula digunakan dapat mengalihkan
manusia dari jati diri dan tujuan penciptaannya, maka sejak itu pula kehadirannya
ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi persoalan besar bagi martabat manusia
mengenai cara menundukan kemampuan mekanik dan penciptaan teknologi, dengan
pemeliharaan nila-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapat
berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani,
atau dangan kata lain, bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu dan iman?
Dalam
rangka tugas kekhalifahannya, manusia terus mencari dan berusaha mencari tahu
dan bagaimana caranya memanfaatkan alam yang terhampar luas ini. Bukankah Tuhan
telah menyediakan alam semesta ini untuk manusia. Bersumber pada ayat-ayat
(tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran) Allah SWT di alam raya ini, akal manusia
melahirkan banyak sekali cabang ilmu-ilmu kealaman yang terkait dengan
benda-benda mati seperti ilmu astronomi, fisika, biologi, dan lain-lain.
Jika
menurut batasan bahwa teknologi adalah hal yang berkaitan dengan cara
menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan
manusia, mengundang kita untuk menengok kepada setiap banyak ayat al-Qur’an
yang berbicara tentang alam raya. Sekitar 750 ayat al-Qur’an berbicara tentang
alam raya dan fenomenanya, dan berulang-ulaang al-Qur’an menyatakan bahwa alam
raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Dalam QS.45 (al-Jatsiyah)
: 13 Allah berfirman :
Artinya
: Dan Dia menundukkan untukmu, apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi,
semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu,
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir
Alam
ditundukkan bagi manusia bagi manusia menguasai ilmu tentang aturan hukum-hukum
yang diperlakukan Allah kepada alam semesta, apa yang kita kenal dengan sunattullah. Sunattullah buaknlah hukum
alam yang secara otomatis berlaku dengan sendirinya secara alamiah tanpa ada
yang menciptakannya, melainkan hukum itu ada bersamaan dengan penciptaannya
oleh Yang Maha Pencipta. Dalam QS. 25 (al-Furqan) : 2 Allah berfirman :
Artnya
: Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapi-nya
Hukum-hukum
itu dicptakan Peciptanya bersamaan dengan penciptaan alam ini. Segala sesuatu
di alam ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya tersendiri, seperti dinyatakan
dalam firman Allah QS. 13 (al-Ra’du) : 8 :
Artinya
: Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya
ada ukurannya
Al-Qur’an
ketika mula pertama diturunkan, telah menegur kekeliruan yang dilakukan
manusia. Selama ini, di era kejahilan Tuhan-tuhan diciptakan dan disembah
sebagai berhala. Masyarakat tersentak ketika muncul suatu informasi yang
bertentangan dengan keyakinan mereka, bahwa diri mereka sendiri diciptakan
secara berproses dari segumpal darah kemudian diciptakan menjadi manusia, dan
kemudian lahir ke dunia. Agar mereka belajar, mencari dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan membaca, mencoba, memperhatikan, menyelidiki, dan merumuskan
suatu teori. Kesemuanya hendaklah dilakukan dengan berbasis iman, dengan
menyebut nama Tuhan atau mengucap bismi
rabbika allazi khalaq (membaca dan belajar dengan nama Tuhanmu Yang
Menciptakan).
Tuhan
mengajar manusia (wa’allama Adamal asmaa
kullaha) mengajari Adam nama-nama benda seluruhnya. Alam semesta ini
sebagai kosmos yang berarti serasi, harmonis. Dalam bahasa Arab, alam adalah
satu akar kata dengan ilmu (ilmu pengetahuan) dan ‘alamah (alamat,pertanda).
Disebut demikian karena jagad raya ini adalah pertanda adanya Yang Maha
Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu sebagai pertanda adanya Tuhan,
jagat raya ini disebut ayat-ayat yang menjadi sumber ajaran dan pelajaran bagi
manusia. Salah satu pelajaran dan ajaran yang diambil dari pengamatan terhadap
alam semesta ialah keserasian, keharmonisan dan ketertiban.
Hakikat
kosmos adalah teologis, yakni, penuh maksud, memenuhi maksud Penciptanya, dan
kosmos bersifat demikian adalah karena adanya rancangan (teknologi). Alam
tidaklah diciptakan dengan sia-sia, atau secara main-main. Alam bukanlah ada
secara kebetulan, ada dengan tidak disengaja. Alam diciptakan dengan kondisi
sempurna. Al-Qur’an sangat konsen dalam mendorong manusia untuk terus mencari
ilmu pengetahuan dan mengembangkannya menjadi nyata dalam teknologi agar
manusia menyadari akan kebesaran Pencipta-Nya. Apapun yang akan ditemukan oleh
manusia dalam kemajuan ilmu dan teknologi, akan mengantar manusia pada suatu
pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah, penciptanya, seperti
difirmankan dalam QS. 41 (Fushshilat) : 53 :
Artinya
: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi
atas segala sesuatu
Manusia
bukan hanya dituntut menguasai bumi, malah ditantang untuk menerobos langit,
dan mahluk ini memang juga diberi potensi-potensi untukm keluar batas-batas
bumi agar dapat mengamati alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran
Penciptanya. Di dalam al-Qur’an, Allah menantang makhluk-Nya, jin dan manusia
dengan firman-Nya yang termaktub dalam QS. 55 (al-Rahman) : 33 :
Artinya
: Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya
kecuali dengan kekuatan (dari Allah SWT)
Perkataan
sulthan dalam ayat tersebut bearti
kekuatan, dari masa ke masa membawa makna yang terus berkembang. Kalau dulu
mungkin sulthan diartikan sebagai
penguasa, tetapi sekarang ini artinya harfiah adalah penguasa dan kekuatan,
yang disumbangkan oleh kekuatan dan kekuasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan iptek itu manusia telah dapat mencapai tepian untuk langit hingga sampai
ke bulan, dan kini serta terus menerus tiada henti manusia terus berupaya untuk
menggapai cakrawala, ufuk langit yang lebih tinggi.
Sebaliknya
menembus bumi dan langit tanpa teknologi akan sia-sia. Petani dengan alat
sederhana, seperti cangkul dan linggis umpamanya, seberapa dalamkah ia mampu
manggali bumi. Paling dalam 10 sampai 20 m. Lebih dalam dari pada itu, manusia
sudah mulai memerlukan alat-alat yang lebih canggih, dan itu akan dapat
dipenuhi oleh teknologi. Maka dengan teknologi, manusia telah menggali sampai
jauh kae dasar bumi, malah kedasar bawah laut telah dibuat jalan kereta api,
seperti terowongan yang menghubungkan Inggris dan Perancis. Dengan teknologi
manusia dapat mengirimkan robot-robot untuk menyelidiki dasar laut. Malah ada
yang telah berancang-ancang untuk membuat pemukiman di dalam laut.
Al-Qur’an
menyodorkan kepada manusia pedoman sains-sains (pengetahuan) yang berhubungan
dengan pengetahuan bumi dan pengetahuan angkasa luar serta memberinya
perkengkapan-perlengkapan agar dapat melakukan penyelidikan tentang segala
sesuatu untuk membuka dan membedah urai akan materi-materinya. Cara demikian
yang mendorongnya memperoleh segala sesuatu yang dapat dimungkinkan hidup di
dunia dan menggunakannya demi mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Untuk itu
segala sesuatu dan perilaku mukmin-muslimin tidak terlepas dari al-Qur’an yang
memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya.
Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad SAW pun diperintahkan-Nya agar
selalu berusaha menambah pengetahuannya, seperti firman Allah dalam QS. 20
(Thaha) : 114 :
Artinya
: Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca (ayat-ayat) Al-Qur'an, sebelum disempurnakan diwahyukannya
kepadamu (sebagai pengetahuan, pemahaman dan keyakinan yang utuh atas kebenaran
kebenaran ayat-ayat-Nya itu), dan katakanlah: 'Ya Rabb-ku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan
Dalam QS. 12 (Yusuf) : 72 Allah
juga berfirman :
Artinya
: Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala) teko (raja dan bagi
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh hadiah seberat beban unta)
berupa bahan makanan (dan aku terhadapnya) tentang hadiah itu (menjadi
penjamin.") yang menanggungnya
Manusia
memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah SAW bersabda: “Dua keinginan yang tidak pernah puas,
keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta”. Hal ini dapat
menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan
anugrah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju teknologi memang
tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar
tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu atau teknologi
yang dapat membahayakan dirinya. Agar tidak menjadi seperti kepompong yang
membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.
Telah
dikatakan tentang adanya unsur kesejatian dan kebenaran dalam pandangan keritis
banyak orang terhadap kehadiran teknologi modern dan akibat-akibatnya . Mereka
memperingatkan bahwa disamping manfaatnya yang tidak diragukan dalam
meningkatkan kemakmuran umat manusia, teknologi modern juga mengandung
unsur-unsur yang dapat membahayakan harkat dan martabat manusia, serta merusak
keseimbangan ekologis lingkungan hidupnya. Beberapa jargin sosial politik
seperti alienasi,
dehumanisasi,konsumerisme, dan lain-lain., sebagaimana digunakan kalangan
kaum Marxis merupakan ungkapan tentang bagaimana teknologi modern merusak
keseimbangan ekologis. Hal itu telah mendorong tumbuhnya beberapa gerakan
lingkungan (environmentalism), salah
satunya adalah Green Peace yang
sangat militan. Sikap mempertanyakan kembali hubungan manusia dengan teknologi
selalu dipelopori oleh individu-individu dari masyarakat-masyarakat
berteknologi maju sendiri, atau oleh mereka yang berkebelakangan tapi mempunyai
pengalaman perorangan tentang kehidupan modern.
Dari sudut pandang
tertentu, perkembangan dan kemajuan teknologi modern adalah kelajuan logis
sejarah umat manusia sendiri. Disebabkan beberapa faktor tertentu yang sampai
sekarang masih menjadi bahan pembahasan para ahli, teknologi modern muncul dari
Eropa Barat Laut, dalam hal ini Inggris (Revolusi Industri), sehingga zaman modern
pun dimulai dari sana. Ini cukup menarik, karena sejauh itu Eropa Barat Laut
khususnya Inggris, dari tinjauan klasik, itu pusat dunia peradaban yang dalam
bahasa yunanai dinamakan oikoumeane (dalam
bahasa arab disebut al-Ma’murah-daerah berpenghuni banyak dan berperadaban),
berpusat pada kawasan timur dekat. Kawasan-kawasan peradaban besar adalah
Yunani-Romawi di sebuah barat, India dan
Cina sebelah timur. Maka lahirnya zaman modern dari Eropa Barat Laut itu merupakan
suatu anomali (ketidaknormalan). Normalnya, zaman modern akan lebih logis bila
muncul dari salah satu kawasan oikumene, sebagaimana
peradaban itu sendiri, yaitu fase perkembangan kehidupan sosial manusia yang
membawanya kepada fajar sejarah, muncul dan dimulai dari Sumeria di lembah Mesepotamia
(Irak sekarang). Karena itu ada hipotesa bahwa zaman modern, sebagai kelanjutan
logis peradaban manusia, kalaupun tidak muncul di Eropa Laut sebagaimana telah
terjadi, tentu akan muncul dari daerah lain dalam kawasan al- Ma’murah.
Tetapi
sebenarnya teknologi tidaklah muncul di zaman sekarang. Meskipun ia memainkan
peran sentral dalam zaman modern, namun teknologi telah ada sejak peradaban
manusia (atau sejakzaman sejarah), terutama sejak tumbuhnya masyarakat kota
pada bangsa Sumeria 5000 tahun yang lalu. Karena itu Hodgson misalnya,
menyatakan kemustahilan memandang zaman modern sebagai satu kesatuan terpisah,
tetapi sabagai bagian dari peradaban umat manusia secara keseluruhan. Teknologi
dapat ditelusuri unsur-unsurnya yang berasal dari berbagai bangsa dan masa.
Barkenaan dengan unsur-unsurnya yang berasal dari bangsa-bangsa muslim, seperti
penggunaan kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dalam teknologi kimia modern
semisal kata-kata Inggris alambique,
alchemmy, alcohol, azimuth, alixir, henna, nadir, saffron, dan lain-lain.
Telah diketahui bahwa kotak-kotak orang Barat dengan Timur melalui berbagai
saluran telah membawa ilmu pengetahuan dan teknologi Islam khususnya dan
Timurada umunya ke Eropa. Dunia Barat saat itu masih sedemikian terbelakangnya
dibanding dengan Dunia Timur, sehingga hampir apa pun yang dibawa dari Timur
merupakan sentuhan kamajuann bagi Barat.
2.10. Keutamaan Orang Beriman dan Beramal
Perbuatan
baik seseorang tidak akan akan berilai amal shalih apabila perbuatan tersebut
tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya
pengembangan iptek yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai
ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam
lingkungannya, bahkan akan menjadi malapetaka dalam kehidupannya sendiri.
Manusia
sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya karena
dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling Utama adalah akal. Akal
berfungsi untuk berfikir,hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan,teknologi
dan seni. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia
termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam QS. 58 (Al-Mujadalah) : 11 :
Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “
Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabil dikatakan : “ Berdirilah kamu,maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang memberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Menurut
al –Ghazali, bahwa mahkluk yang paling mulia adlah manusia, sedangkan sesuatu
yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Tugas utama pendidik adalah
menyempurnakan, membersihkan, dan menggiring peserta didik agar hatinya selalu
dekat kepada Allah SWT melalui pengembangan ilmu penhgetahuan. Kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang amat mulia yang dapat menentukan masa
depan seseorang. Karena itu para pendidik akan selalu dikenang dalam hati anak
didiknya. Al-Ghazali memberikan argumenasi
yang kuat, baik berdasarkan al-quran, as-sunnah maupun argumentasi
secara rasional.
2.11.
Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungannya
Dari
pernyataan diatas Al-Ghazali sangat enghargai orang yang berilmu dan
mengamalkannya dengan ikhlas. Salah satu pengamalannya adalah mengajarkan
kepada orang lain. Orang yng berilmu tetapi tidak mengamalkannya menurut
Al-Ghazali sebagai orang celaka. Ia menyatakan bahwa semua seluruh manusia akan
binasa kecuali orang-orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu akan
celaka kecuali orang-orang yang
mengamalkannya. Dan orang-orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa
kecuali orang-orang yang ikhlas.
Ada
dua fungsi manusia dimuka bumi,yaitu sebagai ‘abdun 9 (Hamba Allah) dan sebagai
khalifah Allah dimuk bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan,ketundukan dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi Khalifah adalah
tanggung jawab kepada diri sendiri dan alam lingkungannya baik lingkungan
sosial maupun lingkungan lingkungan alam.
Tanggung
jawab kekhalifaan banyak bertumpu dari para ilmuwan dan cendikiawan. Mereka
mempunyai tanggung jawab jauh lebih besar disbanding manusia-manusia yang tidak
memiliki ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang mempunyai ilmu pengetahuan tidak
mungkin melakukan eksploitasi alam ini secara berlebihan, paling hanya sekedar
hanya untuk memenuhi kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi kepuasan hawa
nafsunya, karena mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengeksploitasi secara
besar-besaran terhadap sumber alam ini.
Kerusakan
di alam dan lingkungan sekitar ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia
itu sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri
kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah dimuka bumi
yang bertugas menjaga kelestarian alam,
sebagaimana firman Allah dalam QS.30 (Al-Rum) : 41 :
Artinya : Telah tampak kerusakan didarat maupun dilaut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada
sebagian dari (akibat) perbuatan, agar mereka kembali (kejalan yang benar).
2.12. Sikap Muslim Menghadapi
Kemajuan Ipteks
Bagi
orang yang beriman,iman dan ilmu haruslah berimbang, Iman adalah stir atau
kompas bagi orang yang berilmu sehingga orang yang beriman tidak kehiangan
arah, dan tidak akan melupakan Tuhannya. Dalam rangka ini hendaklah kaum muslimin
tidak tertinggal dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan upaya-upaya
berikut :
1.
Cekatan
Menciptakan Alat.
2.
Menghargai Waktu
3.
Memiliki Etos
Kerja yang Kuat
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah sebuah hasil pemikiran untuk memperluas dan memperdalam serta
mengembangkan Ilmu pengetahuan. Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa
peran manusia dalam perkembangan IPTEK adalah menjadikan aqidah sebagai
paradigm pemikiran dan ilmu pengetahuan, Serta menggunakan Syariah sebagai
Standar pengguaan IPTEK.
Sebagai
manusia yang beriman dan berilmu kita juga harus menggunakan kemajuan IPTEK
sesuai dengan apa yang sudah di atur didalam Agama Islam. Manusia juga harus
mengamalkan ilmunya dengan ikhlas dan hanya mencari ridho Allah SWT. Selain itu
manusia sebagai khalifah dimuka bumi haruslah menjaga serta melestarikan alam
ini tanpa melakukan kerusakan terhadapnya
3.2.
Saran
Dengan
disusunnya makalah ini penulis berharap para pembaca mengetahui pentinnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi didalam kehidupan manusia. Serta memahami bagaimana
Islam memberikan aturan-aturan didalam kita menggunakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi agar manusia tidak menyalahgunakannya, karena perkembangan IPTEK di
zaman sekarang ini sangatlah pesat sehingga diperlukan pegangan yang kuat agar
kita dapat dengan bijak didalam memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kami
juga meminta atas kekurangan didalam penulisan makalah ini,kritik dan saran
dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini sehingga
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
David
Ali,SH., Prof. Muhammad. 2013.Pendidikan Agama Islam. PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Zein,M.Ag.
Dr. Muhammad.dkk. 2009. Pengembangan
Kepribadian Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi. Departemen
Agama,Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,Direktorat Pendidikan Tinggi Islam :
Jakarta.
http://.hannahafifah.blogspot.co.id/2014/01/Pandangan-Islam-Dalam-perkembangan-Ilmu.html?m=1
http://id.Wikipedia.com//Pengertian-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar